PEMERIKSAAN FESES (FAECES)
DEFINISI
Feses merupakan Sisa hasil pencernaan dan absorbsi
dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari
air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,
bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol,
skatol,sterkobilinogen dan bahan
patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x
/ minggu.
Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan
peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran
pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.
Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari
defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil
dengan jari bersarung dari rektum.
Jenis makanan
serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
INDIKASI PEMERIKSAAN:
· Adanya diare dan konstipasi
· Adanya ikterus
· Adanya gangguan pencernaan
· Adanya lendir dalam tinja
· Kecurigaan penyakit gastrointestinal
· Adanya darah dalam tinja
SYARAT PENGUMPULAN FECES :
· Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit
sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
· Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
· Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
· Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher à pemeriksaan
tinja sewaktu
· Pasien konstipasi à Saline Cathartic
· Kasus Oxyuris à Schoth Tape & object glass
· Alur pemeriksaan berurutan sbb :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan
Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta
Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian
dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan
umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen
unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup
diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan
feces yang terdiri atas :
– Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata
telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir).
Adanya darah dan lendir
menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba
atau
bakteri shigella.
– Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat
melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel,
amilum, telur cacing dan
amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap
amuba
tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari
infeksi parasit tersebut.
- Pemeriksaan
kimia : untuk mengetahui adanya Darah
Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam
feses atau tinja
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau
mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalu abnormal. Pemeriksaan darah samar
dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Tablet Reagens
banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai
aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti
daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat
besi seperti Ferrofumarat dan Ferro Carbonat dapat menimbulkan reaksi positif
palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut
diatas selama 3-4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang
bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air
dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu yang menimbulkan
perubahan warna
CARA KERJA (Metode Benzidine Basa)
• Buat
emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kurang lebih 10 ml kemudian
panaskan
hingga mendidih.
• Saring
emulsi dan biarkan filtrat smpai dingin kembali.
• Masukkan benzidine basa 1 g.
• Tambah
3 ml asam asetat ,kocok hingga larut.
• Tambahkan 2ml filtrat emulsi tinja kemudian campur.
• Tambahkan 1 ml larutan Hydrogen
Peroksida 3% campur, kemudian hasil
dibaca dalam waktu 5 menit .
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada
tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan
kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi
positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin
menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang
diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi. Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi
negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif
urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan
terhadap tes urobilin, karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
Urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan
seperti Anemia Hemolitik dan Ikterus Obstruktif.
Cara kerja pemeriksaan Urobilin :
1. Taruh beberapa gram tinja dalam sebuah mortil dan
campur dan larutkan HgCl2 10% yang
volumenya sama banyaknya.
2. Campurlah
baik-baik dengan memakai alunya.
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar
lebih mudah menguap dan biarkan selama
6-24 jam.
4. Adanya Urobilin nyata oleh timbul warna merah.
Catatan :
Dalam tinja normal selalu ada urobilin, hasil test
ini yang merah berarti positif. Jumlah urobilin berkurang pada ikterus
obstruktif, jika obstruksif itu total, hasil test menjadi berarti negatif.
Test terhadap urobilin ini sangat inferiur jika dibandingkan dengan
penetepan kuantitatif urobilinogen dalam tinja. Penetapan kuantitatif itu dapat
mnejelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresikan/24jam
sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik, ikterus obstruktif, dan ikterus
hepatoseluler.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit
dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan
penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
urobilin urin.
Jenis-jenis pemeriksaan di atas adalah gambaran
singkat mengenai pemeriksaan MCU. Kesimpulan mengenai kondisi kesehatan pasien
secara holistik harus dilihat dari anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik
oleh dokter, serta pemeriksaan penunjang yang saling menunjang dan tidak dapat
dipisahkan satu per satu.
Yang perlu diingat, batas normal pemeriksaan
laboratorium dapat berbeda, tergantung dari standar laboratorium Anda.
Biasanya, dokter akan melihat apakah masih dalam batas normal, apakah kurang
atau lebih dari batas normal, dan berapa banyak kekurangan atau kelebihannya
tersebut. Bila kadar pemeriksaan Anda tidak berada dalam batasan normal, dokter
MCU akan memberikan pengarahan seputar kelainan tersebut dan akan menunjuk
dokter spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan
sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin
sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak.
2. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan
feces melalui biakan
Pengambilan sampel feses.
Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
feses rutine
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama
pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian anti biotik.
Alat-alat : - lidi kapas steril
- pot tinja
Cara kerja :
1. Penderita
diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh boleh
tercemar urine
2.
inntruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja (
kira kira 5gram )
3. tutup pot
dengan rapat
4. Berikan
label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen
Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses :
Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di
rumah, feses sebaiknya dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam)
Tidak ada komentar
Posting Komentar