TRANSUDAT DAN EXUDAT
Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat umpama dalam rongga perikardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membran-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau eksudat.
Fungsi dari transudat dan eksudat adalah sebagai respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi dengan kongesti pasif dan oedema (transudat), serta adanya inflamasi akibat infeksi bakteri (eksudat).
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan eksudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Bila radang terjadi pada pleura, maka cairan radang juga dapat mengisi jaringan sehingga terjadi gelembung, hal ini misalnya terjadi pada kebakaran. Cairan yang terjadi akibat radang mengandung banyak protein sehingga berat jenisnya lebih tinggi daripada plasma normal. Begitu pula cairan radang ini dapat membeku karena mengandung fibrinogen. Cairan yang terjadi akibat radang ini disebut eksudat. Jadi sifat-sifat eksudat ialah mengandung lebih banyak protein daripada cairan jaringan normal, berat jenisnya lebih tinggi dan dapat membeku. Cairan jaringan yang terjadi karena hal lain daripada radang, misalnya karena gangguan sirkulasi, mengandung sedikit protein, berat jenisnya rendah dan tidak membeku, cairan ini disebut transudat. Transudat misalnya terjadi pada penderita penyakit jantung. Pada penderita payah jantung , tekanan dalam pembuluh dapat meninggi sehingga cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam jaringan.
Pemeriksaan cairan badan yang tersangka transudat atau eksudat bermaksud untuk menetukan jenisnya dan sedapat-dapatnya untuk mendapat keterangan tentang causanya.
Berbagai jenis eksudat : eksudat ialah cairan dan sel yang keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan pada waktu radang. Bila cairan eksudat menyerupai serum darah dan hanya sedikit mengandung fibrin dan sel, maka eksudat bersifat cair sekali dan dinamai eksudat bening/jernih. Eksudat bening sering terjadi pada radang tuberculosis yang mengisi rongga pleura dapat berjumlah satu liter atau lebih. Eksudat fibrinosa mengandung banyak fibrin sehingga melekat pada permukaan pleura, merupakan lapisan kelabu/kuning yang ditemukan pada pneumonia. Mikroskopis eksudat ini mengandung serabut fibrin dan dalam sela – sela diantara serabut ini terdapat sel radang. Eksudat fibrinosa terjadi bila permeabilitas kapiler bertambah banyak, yaitu karena molekul – molekul fibrin besar dapat keluar dari kapiler dan menjadi bagian daripada eksudat.
Eksudat purulen ialah eksudat yang terjadi daripada nanah. Nanah ini terjadi pada radang akut yang mengandung banyak sel polinukleus yang kemudian musnah dan mencair karena lisis. Sisa jaringan nekrotik yang mengalami lisis bersama dengan sel polinukleus yang musnah dan limfe radang menjadi cairan yang disebut nanah. Eksudat hemoragik ialah eksudat radang yang berwarna kemerah–merahan karena mengandung banyak eritrosit.
Ciri-ciri transudat dan eksudat secara spesifik :
Transudat :
1. Kejernihan : Jernih, serous, kuning.
2. Berat jenis : <1.018>1.018
3. Bekuan : Ada, spontan
4. Protein : >2,5 gr %
5. Tes Rivalta : Positif
6. Sel : Polimorfonukleat pada infeksi akut, limposit kecil pada infeksi akut, sering terdapat eritrosit
7. Bakteri : Ada
Dalam praktek sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan sebagian eksudat lagi sifat eksudat, sehingga usaha untuk membedakan antara transudat dan eksudat menjadi sukar.
Perbedaan Transudat dan Eksudat:
Keterangan: | Transudat: | Eksudat: |
Rivalta | - | + |
Berat jenis | < 1,016 | > 1,016 |
Kadar protein | < 3 gr / 100 cc | > 3 gr / 100 cc |
Protein plasma | < 0,5 | > 0,5 |
LDH | < 200 IU | > 200 IU |
LDH plasma | < 0,6 | > 0,6 |
Lekosit Hitung jenis leukosit | < 1000 / mm3 < 50% limfosit | > 1000 / mm3 > 50% limfosit |
PH | >7,3 | < 7,3 |
Glukosa | ≤ plasma | < plasma |
Amilase | = plasma | >plasma |
Alkali fosfatase | >75 u | > 75 u |
MEKANISME PEMBENTUKAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT
Di dalam rongga serosa dalam keadaan normal terdapat sedikit cairan yang berfungsi sebagai pergerakan alat-alat di dalam rongga tersebut.
Dalam keadaan normal, cairan bergerak antara pembuluh darah dan cairan ekstravaskuler, disini terdapat keseimbangan antara tekanan koloid osmotic plasma dan tekanan hidrostatik yang mendorong cairan kedalam jaringan yang menyebabkan cairan tetap tinggal dalam pembuluh darah.
Tetapi pada keadaan patologis tertentu, misalnya :
a. Tekanan hidrostatik meningkat
b. Tekanan koloid osmotic
c. Kenaikan filtrate kapiler dan protein spesifik
Keadaan-keadaan tersebut menyebabkan naiknya substansi tertentu dan pengumpulan cairan di ekstravaskuler, molekul-molekul kecil seperti air, elektrolit, dan kristaloid akan berdifusi secara cepat melewati plasma darah, sehingga terjadi penumpukan cairan, proses ini disebut dengan istilah ULTRAFILTRASI.
Eksudat terjadi karena infeksi bakteri yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah.
Transudat eksudat dapat terjadi pada :
· Sindroma nefrotik
· Sirosis hepatis
· Gagal jantung
MEKANISME PENIMBUNAN CAIRAN PASIF
Penimbunan cairan (efusi) terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik, yang memaksa cairan menembus keluar kapiler untuk masuk ke jaringan. Tekanan hidrostatik cenderung mendorong cairan keluar, dan hal ini dilawan oleh tekanan dalam sirkulasi. Albumin dan protein-protein di dalam darah berperan menimbulkan tekanan onkotik. Tekan hidrostatik di ujung arterial biasanya sekitar 40 mmHg, dan tekanan onkotik 25 mmHg. Dengan demikian tekanan positive yang mendorong cairan keluar ke dalam rongga serosa adalah 15 mmHg. Apabila tekanan onkotik plasma berkurang, semakin banyak cairan yang didorong keluar, dan ini sering merupakan penyebab efusi serosa. Dalam keadaan normal, di ujung venosa kapiler tekanan hidrostatik turun menjadi sekitar 10 mmHg, dan tekanan osmotic koloid tetap 25 mmHg, yang melawan tekanan hidrostatik ini. Dengan demikian terjadi tekanan negative sebesar 15 mmHg di ujung venosa, yang cenderung menarik cairan masuk ke dalam pembuluh cairan. Setiap proses yang meningkatkan tekanan hidrostatik di ujung venosa besar kemungkinannya menyebabkan penimbunan cairan secara pasif. selain itu, setiap penurunan tekanan onkotik plasma akan mengurangi jumlah cairan yang tertarik masuk ke dalam kapiler venosa.
Mekanisme lain yang mempermudah penimbunan pasif cairan, yang mungkin bersifat local atau generalisata, adalah mekanisme alergi yang meningkatkan permeabilitas kapiler atau obstruksi limfe. Hal ini pada gilirannya, mengurangi jumlah cairan ekstravaskuler yang dibersihkan oleh system limfatik.
Eksudat terbentuk apabila lapisan kapiler atau membrane rusak oleh proses peradangan atau neoplastik. Akibatnya protein berukuran besar dan konstituen darah lainnya bocor keluar untuk masuk ke jaringan dan rongga tubuh. Pada peradangan aktif, kandungan protein pada cairan ini meningkat.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Hitung Jumlah Sel Lekosit
Metode : Kamar hitung Improved Neubauer atau Fuchs Rosenthal.
Tujuan : Untuk menghitung jumlah sel lekosit dalam cairan dan mengetahui bahwa sampel cairan tubuh tersebut transudat atau eksudat.
Prinsip : Jumlah sel lekosit dihitung berdasarkan pengenceran dalam larutan Pengencer dan jumlah sel dalam cairan dalam kamar hitung.
Alat : 1. Mikroskop
2. Kamar Hitung Improved Neubauer 3 mm x 3 mm x 0,1 mm atau Kamar Hitung Fuchs Rosenthal 4 mm x 4 mm x 0,2 mm
3. Pipet Lekosit
4. Kaca Penutup
Reagensia : 1. Larutan pengencer NaCl 0,9 %
2. Antikoagulan Natrium Citrat atau Heparin steril.
Bahan Pemeriksaan : Berupa Cairan yang berasal dari rongga perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb yang didapat dengan mengadakan pungsi.
Prosedur Kerja :
1. Sampel didapat dengan mengadakan pungsi dan campur dengan antikoagulan.
2. Kocok dahulu sampel yang akan diperiksa supaya homogen.
3. Pipet NaCl 0,9 % dengan pipet lekosit sampai tanda 1 tepat.
4. Pipet sampel sampai tanda 11 tepat.
5. Kocok agar sampel dan larutan tercampur sempurna minimal 3 X selama +3 menit dengan putaran membentuk angka 8.
6. Bila segera dihitung buang beberapa tetes larutan dan teteskan pada kamar hitung. Biarkan mengendap 2-3 menit. Dan hitung didalam kamar hitung di bawah mikroskop. Dengan pembesaran sedang (10 X 45), sebanyak 4 kotak besar.
Perhitungan :
1. Dengan Kamar hitung Improved Neubauer
Jumlah sel lekosit = PDP X TKP X sel lekosit
KBH
PDP = Pengenceran dalam pipet
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak Besar yang dihitung
2. Dengan kamar hitung Fuchs Rosenthal
Jumlah sel lekosit dalam 9 kotak = a
Luas permukaan : 3 x 3 mm2 = 9 mm2
Dalam : 0,2 mm
Isi : 9 x 0,1 mm3 = 0,9 mm
Dalam 1 mm3 terdapat : 10/9 x a sel
Pengenceran : 10/9 kali
Jadi jumlah sel/1 mm3 = 10/9 x 10/9 x a sel
= 100/81 x a sel
= 5/4 x a sel
Catatan :
Kamar hitung dari Fuchs Rosenthal lebih teliti karena volumenya lebih besar. Kalau cairan berupa purulen tidak ada gunanya menghitung jumlah lekosit tindakan ini baiknya hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau yang agak keruh saja. Untuk cairan yang agak keruh, pilih pengenceran yang sesuai. Bahan pengencer sebaiknya larutan NaCl 0,9 % jangan menggunakan larutan turk, karena dapat menyebabkan terbentuknya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi angka itu semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
B. Hitung Jenis Sel Lekosit.
Metode : Giemsa atau Wright Stain
Prinsip : Endapan cairan dibuat hapusan, kemudian diwarnai dengan pewarnaan tertentu (Giemsa/Wright) maka sel lekosit akan mengambil warna zat.Lalu dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 1000X dalam 100 % sel lekosit.
Tujuan : Untuk mengetahui jenis sel lekosit dalam cairan/sampel, sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut (transudat/eksudat).
Alat : 1. Objek glass
2. Pipet tetes
3. Pipet ukur
4. Gelas ukur
5. Rak pewarnaan
6. Mikroskop
Reagensia : 1. Giemsa, komposisi :
- 1 gr giemsa
- 100 ml Metanol absolut
2. Wright, komposisi :
- 0,1 gr Wright (digerus)
- 60 ml Methanol absolut
3. Buffer phospat pH 7,2 :
- KH2PO4 6,63 gr
- Na2HPO4 3,2 gr
- Aquades add 1000 ml
Persiapan Reagen : 1. Giemsa
17 tetes stok larutan giemsa ditambah 5 ml aquades
Prosedur Kerja :
1. Sediaan apus dibuat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu:
- Jika cairan jernih, sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10 Sampai 15 ml sampel 1500 rpm selama 10 menit
- cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita sendiri. lalu dibuat hapusan.
- Kalau cairan keruh sekali atau purulent, dibuat sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan tipis.
2. Difiksasi dengan metanol selama 2 menit, buang, cuci dengan aquades
3. Digenangi dengan zat warna Giemsa atau Wright selama 15 menit, buang sisa zat warna dan cuci dengan aquades, keringkan diudara.
4. Dihitung jenis sel atas 100-300 sel, di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 X
Hasil : Transudat : Hanya sel mononuklear (limposit)
Eksudat : Ditemukan sel mononukleaar dan polimorfonuklear/ segmen
Catatan :
Hitung jenis ini hanya untuk membedakan limposit dan segmen. Hasil hitung jenis dapat memberi keterangan tentang jenis radang, yang menyertai proses radang akut hampir semua sel berupa segment. Semakin tenang proses itu semakin bertambah limpositnya, sedangkan radang menahun menghasilkan hanya limposit saja dalam hitung jenis.
Perbandingan banyak sel dalam golongan limposit dan sel polimorponuklear atau segment memberi petunjuk kearah jenis radang yang menyebabkan atau menyertai eksudat.
C. Pemeriksaan Bakteriologis ( gram stain )
Metode : Gram
Prinsip : Bakteri gram (+) akan mengikat warna ungu dari carbol gentian violet dan akan diperkuat oleh lugol sehingga pada saat pelunturan dengan alkohol 96 % warna ungu tidak akan luntur, sedangkan gram (-) akan Luntur oleh alkohol dan mengambil warna merah dari fuksin
Tujuan : Untuk mengetahui adanya kuman–kuman dalam sampel sehingga dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat
Alat : 1. Objek Glass
2. Pipet tetes
3. Bak dan rak pewarnaan
4. Mikroskop
Reagensia : 1. Carbol gentian violet 1 %
2. Lugol 1 %
3. Alkohol 96 %
4. Air Fuchsin 1 %
Prosedur Kerja :
1. Setetes sampel yang telah disentrifuge dibuat hapusan diatas objekglass, dan dikeringkan.
2. Diwarnai dengan karbol gentian violet selama 3 menit, dicuci
3. Ditambah lugol selama 1 menit, dicuci
4. Ditambah alkohol 96 %selama 30 detik, dicuci
5. Ditambah air fuchsin selama 2 menit, dicuci dan dikeringkan
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000 x
Catatan :
Transudat : Tidak ditemukan bakteri dan Eksudat : Ditemukan bakteri
Selain dengan pewarnaan gram, juga bisa dilakukan dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen untuk menemukan adanya bakteri clostridium.
Kalau akan mencari fungi (jamur) campur setetes sampel dengan KOH/NaOH 10% diatas objek glass, tutup dengan kaca penutup, biarkan selama 20 menit, kemudian periksa dibawah mikroskop.
Kesimpulan :
Dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis antara lain hitung jumlah dan hitung jenis sel lekosit serta adanya bakteri dalam cairan/sampel yang diperiksa, dapat menentukan jenis cairan tersebut apakah transudat atau eksudat, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa.
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Pengambilan dan pengiriman sampel
- Pengambilan sampel dilakukan secara pungsi yang berada disetiap rongga tubuh, dibentuk oleh kulit bagian bawah (debris), pengambilan harus dalam keadaan steril baik itu alat ataupun wadah sampel
- Pengiriman sampel dalam wadah tertutup rapat, steril, dan diberi etiket yaitu nama, lamanya sakit, waktu pengambilan, jenis peneriksaan yang diminta, Bila yang dikirim berupa preparat etiketnya ditempel dibelakang preparatnya.
2. Kualitas Reagensia.
- Reagensia tidak kadaluarsa, disimpan dalam botol coklat, bertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.
- Sebelum digunakan sebaiknya disaring terlebih dahulu.
3. Teknik Pemeriksaan
- Pemeriksaan sesuai dengan prosedur dan perlu ketelitian
- Perlu juga diperhatikan alat – alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan kering, kondisi alat seperti pipet tidak pecah pada ujungnya begitu juga dengan kamar hitung.
- Lamanya waktu pewarnaan juga mempengaruhi terhadap sel yang diwarnai, untuk itu pada saat pewarnaan sesuai dengan waktunya.
Ahmad Ripani
Tidak ada komentar
Posting Komentar