HEMOGLOBIN
Hemoglobin (Hb) adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan pembawa oksigen.
Setiap molekul hemoglobin tersusun atas 4 kandungan hem yang identik dan terikat pada 4 rantai globin. Keempat rantai globin ini terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai lagi berlainan, sesuai dengan jenis hemoglobin yaitu rantai beta untuk HbA, rantai delta untuk HbA2 dan rantai gama untuk HbF. Menurut Sacher (2004), Untuk laki-laki dewasa kadar normal hemoglobin adalah 13,5 - 18,0 gr% perempuan normal adalah 12 - 16 gr%. Wanita hamil normal 11 – 13 gr%.
2. Metabolisme
Sintesis hem dan globin diatur secara cermat. Bagian hem pada hemoglobin terdiri dari empat struktur 4 karbon berbentuk cincin simetris yang disebut cincin pirol, yang membentuk satu molekul porfirin. Biosintesis hem melibatkan dua pembentukan bertingkat sebuah rangka porfirin, diikuti oleh insersi besi ke masing-masing dari empat gugus hem. Sintesis globin juga dipicu oleh hem bebas. Sintesis globin terutama terjadi di eritroblas dini, atau basofilik dan berlanjut dengan tingkat yang terbatas, bahkan sampai di retikulosit tidak berinti. Insersi empat molekul hem ke dalam empat molekul globin merupakan tahap terakhir dari sintesis hemoglobin. Hem disintesis di , mitokondria dan penggabungan globin terjadi di sitoplasma eritrosit yang sedang berkembang.
Penghancuran sel darah merah terjadi dalam sistem retikuloendotelial oleh hati dan limpa. Mula-mula besi dilepaskan dan dikembalikan ke dalam sumsum tulang yang diangkut oleh transferin untuk digunakan kembali atau disimpan sebagai cadangan. Rantai globin dirombak dan asam amino yang dilepaskan disimpan untuk digunakan pada sintesa protein. Sisa cincin porfirin dirombak menjadi biliverdin kemudian menjadi bilirubin yang tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut lalu diangkut ke hati untuk diekskresi.
3. Eritropoeisis
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat sel induk membelah diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkan pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.
4. Metode Pengukuran
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara. Cara yang sering digunakan dalam laboratorium klinik ialah cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual. Cara kolorimetrik visual menggunakan metode Sahli, berdasarkan atas perubahan hemoglobin menjadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Ketelitian yang dicapai cukup baik dengan tingkat kesalahan mencapai ± 10% penentuan hemoglobin. Kekurangan cara ini warna standar dari alat Sahli lama-lama akan menjadi pucat karena pengaruh sinar matahari sehingga perlu dikalibrasi dengan metode Cyanmethemoglobin menggunakan Spektrofotometer untuk diberikan faktor koreksi.
Kadar hemoglobin dalam darah diukur kadarnya dengan metode cyanmethemoglobin sesuai dengan rekomendasi International Committee for Standardization in Haematology (ICSH). Ion ferro pada hemoglobin dioksidasi menjadi bentuk ferri oleh kalium ferricyanida membentuk Methemoglobin, kemudian bereaksi dengan cyanida membentuk Cyanmethemoglobin yang diukur secara spektrofotometer. Pengukuran dengan menggunakan faktor dapat menyebabkan hasil kurang akurat dan bias, untuk itu direkomendasikan menggunakan Standar hemoglobin.
Cara automatik memungkinkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin diukur dengan cepat dan teliti. Hemoglobin ditentukan secara tidak langsung dengan mengolah data mengenai jumlah dan volume eritrosit, konduktivitas elektrik dan variabel lain yang ditunjukkan oleh instrumen.
5. Nilai Normal
Nilai batas ambang (cut off point) anemia di Indonesia menurut Departemen Kesehatan sebagai berikut :
a. Bayi baru lahir (aterm) : 16,5 + 3,0 g/dL
b. Bayi 3 bulan : 11,5 + 2,0 g/dL
c. Anak usia 1 tahun : 12,0 + 1,5 g/dL
d. Anak usia 10-12 tahun : 13,0 + 1,5 g/dL
e. Wanita tidak hamil : 14,0 + 2,5 g/dL
f. Pria dewasa : 15,5 + 2,5 g/dL
g. Anak prasekolah : 11 g/dL
h. Anak sekolah : 12 g/dL
i. Wanita hamil : 11 g/dL
j. Ibu menyusui (3 bln post partus): 12 g/dL
k. Wanita dewasa : 12 g/dL
l. Pria dewasa : 13 g/dL
Nilai normal Hb pada berbagai umur dan jenis kelamin (WHO). (Menkes RI 736 a/menkes/XI/1989)
Thanks : Nur'ainah and Hj.Mahdalina
Tidak ada komentar
Posting Komentar